Sebagai seorang profesional yang disibukkan dengan urusan pekerjaan setiap harinya, terkadang mereka kewalahan untuk mengurusi urusan pribadi di luar pekerjaan kantor. Untuk itulah, diperlukan asisten pribadi yang bisa dipercaya untuk menangani urusan tersebut.
Berbeda dengan sekretaris yang lebih mengurusi urusan yang berkenaan dengan kantor, asisten pribadi menangai segala tugas yang meliputi urusan dan kebutuhan pribadi sang atasan. Misalnya saja, seperti belanja bulanan, mengatur pengeluaran bulanan, dan aset-aset atasan. Ia juga harus memastikan bahwa rumah sang atasannya dalam keadaan bersih dan nyaman dengan berkoordinasi kepada asisten rumah tangga yang bekerja di sana.
Meski pekerjaan personal assistant (PA) itu terlihat tidak terlalu sulit, tetapi rupanya ada beberapa hal kurang menyenangkan yang dialami oleh asisten pribadi. Ervia, seorang wanita yang sudah 14 tahun berprofesi sebagai PA mengaku ia sama sekali tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sekantornya karena harus ‘menempel’ dengan atasannya setiap hari.
“Dukanya aku nggak punya teman kerja, karena biasanya PA harus terus sama bosnya. Dan otomatis, orang-orang di kantor pun segan dengan aku dan mereka menarik diri. Dari dulu aku hampir nggak pernah punya teman kantor, jarang bertemu dan gak pernah ngumpul bareng,” ceritanya saat ditemui Wolipop di The Promenade, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Hal itu pula berdampak kepada kehidupan sosialnya di luar pekerjaan. Wanita 34 tahun ini mengakui banyak keluarga dan teman-temannya yang merasa kesal dengannya karena sulit sekali untuk diajak bertemu. Hal itu karena di akhir pekan pun, Ervia terkadang juga harus bekerja menemani bosnya. Di satu sisi, dirinya ingin berkumpul dengan teman dan keluarganya, namun di satu sisi ada suatu dedikasi yang harus diberikan kepada atasannya saat bekerja sebagai asisten pribadi.
“Teman-temanku kadang suka bete ngajak aku main, karena aku nggak bisa terus. Atau kalau mau ketemuan, pasti tempatnya pindah-pindah ikutin jadwalku. Aku tahu itu nggak nyaman untuk mereka dan mereka ngerasa aku nggak punya kehidupan. Padahal sebenarnya aku enjoy aja, tapi sedihnya itu sih saat aku ada waktu, mereka kerja kantoran, dan sebaliknya aku sibuk mereka ada waktu,” tutur wanita yang hobi travelling itu.
Namun di balik itu semua, Via masih bersyukur karena pekerjaannya tak selamanya menyulitkan. Ia pun bersyukur karena tidak harus pergi ke kantor setiap hari karena hampir 90 persen waktu kerjanya dihabiskan di luar kantor. Wanita yang akrab disapa Via itupun merasa bahwa pekerjaannya ini cukup menyenangkan.
“Sukanya kerjaanku nggak monoton, gak bosenin dan banyak keluar ketemu orang baru. Kerjaanku paling ke mall, belanja di supermarket, bayar-bayaran ini itu. Atau kadang ada keperluan bosku yang harus aku beli, misalnya baju batik untuk dinner. Kalau bosku pergi ke luar negeri, aku bisa liburan dan istirahat, tapi harus tetap standby kalau suatu saat bos perlu aku,” ujarnya lagi.
Via pun juga merasa beruntung karena ia bertemu dengan bos yang pengertian dan tidak menganggap dirinya seperti karyawan pada umumnya. Bahkan ia pun juga termasuk dekat dengan pasangan dan keluarga besar sang atasan.
“Alhamdulillah banget keluarga bos juga welcome dengan aku, orangtuanya juga baik. Aku memang professional seperti bawahan ke bosnya, tapi ya bisa dibilang aku dan bosku termasuk dekat seperti keluarga,” lanjutnya.
Ditambahkan oleh Yuma Fukao yang pernah menjadi asisten pribadi aktris Pevita Pearce, selama bekerja dengan wanita 23 tahun itu ia menjadi jarang pulang kerumah. Kesibukan Pevita yang padat setiap harinya serta syuting film yang memakan waktu lama membuatnya harus tetap siaga menemani pemain film ‘Lost In Love’ itu.
“Dukanya aku jadi jarang pulang. Kalau Pev ada syuting di luar kota jadi aku temani dia terus. Malah kadang kalau syuting kan bisa sampai pagi,” tutur Yuma saat dihubungi Wolipop, Kamis (25/8/2016).
Meski lelah dan tak ada waktu istirahat, wanita 25 tahun itu mengaku senang berkesempatan untuk menjadi asisten pribadi. Berkat profesi tak kenal jam kerja itulah, ia bisa mengenal dunia hiburan Indonesia dan bertemu dengan banyak orang.
“Memang capek sih tapi seru, bisa ketemu kru dan pemain film lainnya,” ringkas Yuma.