Jakarta – Jambore Nasional X sampai pada penghujung acara. Dalam sambutan penutupan tersebut, ketua Kwarnas, Adhyaksa Dault berpesan mengenai pentingnya toleransi dalam perbedaan.
“Marilah kita bercermin pada prinsip, sikap, dan perilaku hidup para founding fathers kita. Walau berbeda pendapat tapi saling menghormati,” pesannya pada para peserta yang hadir di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (20/8/2016).
Adhyaksa bercerita mengenai mendiang Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, yang pernah berseteru dengan tokoh Islam saat itu Buya Hamka. Di ujung hidupnya Soekarno berpesan agar Buya Hamka dapat menjadi imam salat jenazahnya.
Menurutnya, hal ini mencerminkan rasa toleransi dan saling menghormati. Meskipun terdapat perbedaan pendapat dan pandangan politik, persatuan adalah suatu hal yang harus ditonjolkan.
Cerita lain mengenai kesederhanaan Prawoto Mangkususmito, Ketua Masyumi setelah M. Natsir juga disampaikan oleh Adhyaksa. Karena saking sederhanaya, Prawoto tidak memiliki rumah yang menyebabkan Ketua Umum Partai Katolik saat itu, IJ Kasimo berinisiatif urunan untuk membelikan rumah.
“Ini artinya, bangsa ini juga dibangun oleh para negarawan yang toleran dan penuh empati. Meskipun sering berbeda pendapat di rapat, tapi di luar mereka saling membantu,” pungkasnya.
Dirinya menandaskan bahwa hal ini perlu dipelajari dan dipahami oleh para anak-anak yang mengikuti Jambore Nasional ini. Agar di masa mendatang tercipta Indonesia yang ramah dan toleran.
Pada penutupan Jambore Nasional X, Adhyaksa juga mengklarifikasi soal sumber dana yang digunakan untuk pelaksaan program rutin ini. Adhyaksa merinci seluruh sumber dana dan penggunaannya.
“Pada kesempatan ini saya laporkan sekaligus klarifikasi tentang adanya pemberitaan dana pelaksanaan Jamnas X 2016 yang telah digelontorkan oleh Kemenpora sebesar Rp 91 miliar. Berita tersebut saya katakan tidak benar,” ujarnya.
Pihaknya menuturkan bahwa dana yang didapat untuk mendanai Jambore ini keseluruhannya berasal dari pemerintah yang bersumber dari dana darurat Kementerian Keuangan yang akhirnya terevisi menjadi Rp 56 miliar. Dana tersebut kemudian dititipkan di Kantor Kemenpora sebagai Kementerian yang membidangi.
Dana tersebut, tandasnya, dipakai selama 3 bulan sebagai persiapan untuk membangun persiapan secara fisik sebanyak Rp 31 miliar untuk MCK, bangunan Kempa Kempi, pekerjaan air bersih dan pembangunan pondok mirasa 2 lantai.
Di sisi lain, dana yang lainnya digunakan untuk pelaksanaan Jambore Nasional, antara lain: kegiatan, akomodasi, perlengkapan, perlengkapan dan transportasi.
“Sedangkan yang dikatakan Kemenpora sebesar Rp 91 miliar adalah penggabungan antara dana Jamnas bantuan Presiden dengan biaya program Rp 20 miliar per tahun, dan bantuan tambahan Rp 15 miliar. Yang hingga sampai saat ini biaya program Rp 20 miliar per tahun itu belum juga turun ke kwarnas, “tegasnya.