Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mengatakan ada sejumlah saksi yang dapat mengembangkan keterangan Freddy Budiman, tetapi mereka tak mau bicara sebelum mendapat jaminan perlindungan dari pemerintah.
“Saksi itu banyak, persoalannya sekarang perlindungan saksi terhadap mereka seperti apa,” kata koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan .
Keterangan Freddy Budiman yang diungkapkan Haris lewat tulisan di media sosial, mengindikasikan keterlibatan oknum Mabes Polri, BNN, dan TNI dalam perdagangan narkotika.
Freddy dikutip mengatakan, “Dalam hitungan saya, selama beberapa tahun kerja menyeludupkan narkoba, saya sudah memberi uang 450 miliar ke BNN. Saya sudah kasih 90 milyar ke pejabat tertentu di Mabes Polri. Bahkan saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang 2….”
Tiga institusi tersebut telah melakukan investigasi namun upaya itu, kata Haris, terhambat karena saksi-saksi yang mereka temui tidak mempercayai mereka.
“Kita belum tahu keseriusan negara membongkar ini. Kalau ada keseriusan negara mungkin mereka mau cerita,” ujarnya.
Momen yang tepat
Haris mengungkap kesaksian Freddy Budiman lewat tulisan berjudul “Cerita Busuk dari seorang Bandit”, yang disebarkan via aplikasi WhatsApp dan laman Facebook KontraS beberapa jam sebelum eksekusi sang terpidana mati. Ia mengaku mendapatkan kesaksian itu ketika ketika bertemu Freddy Budiman di penjara Nusakambangan pada 2014 lalu.
Haris mengatakan bahwa ia tak langsung membuka keterangan tersebut ke publik karena menunggu momen yang tepat.
“Ada banyak alasan. Saya kan harus cari data pembanding, harus verifikasi, lihat momentum yang tepat, lihat pihak siapa yang tepat,” ujarnya.
Saat ini Kontras tengah menyusun laporan yang melengkapi tulisan Haris, berisi verifikasi dan beberapa keterangan tambahan. Setelah tulisannya menjadi viral, Haris menerima banyak pengaduan lewat panggilan telepon dan pesan di media sosial dari orang-orang yang mengaku punya keterangan serupa dengan Freddy Budiman.
Haris juga mengaku kewalahan setelah menerima pengaduan 50 kasus yang berkaitan dengan perdagangan narkoba.