Dian Megawati, istri Ismail, salah seorang dari dua warga negara Indonesia yang berhasil kabur dari penyandera di Filipina, mengaku senang suaminya lolos tapi pada saat yang bersamaan dia merasa sedih.
Dian, yang berada di Samarinda, Kalimantan Timur, mendapat kabar dari Kementerian Luar Negeri RI bahwa Ismail berhasil melarikan diri dari para penyanderanya.
“Rasa senang itu ada, cuma senangnya nggaklengkap. Karena masih ada (sandera) yang belum dibebaskan,” katanya saat dihubungi wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
“Kami (keluarga para sandera) dekat, sering kali kumpul di rumah saya dan sudah seperti keluarga sendiri,” tambahnya , dengan suara tercekat menahan tangis.
Saat baru diculik, Ismail, suaminya, menghubungi Dian dan memintanya mengabarkan penculikan itu serta menyampaikan pesan dari para penculik yang meminta uang tebusan. senilai sekitar Rp60 miliar.
Sekarang, kata Dian, belum ada kabar langsung dari Filipina. Namun ia berharap dihubungi oleh suaminya dari Filipina, sebagaimana waktu baru diculik.
Betapapun, katanya, ia mendapat kabar melegakan dari kementerian luar negeri. “Secara fisik kondisinya katanya sehat,” kata Dian, mengutip kabar yang diberikan kepadanya.
Secara terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, mengatakan WNI yang kabur dalam kondisi selamat dan berada di Kota Zamboanga, Pulau Mindanao.
Pada Rabu (17/8), militer Filipina menyatakan menemukan Ismail, di Bual, Luuk, Provinsi Sulu.
Menurut Mayor Filemon Tan, juru bicara Komando Mindanao Barat, Angkatan Bersenjata Filipina, Ismail mengatakan bahwa ia adalah korban penculikan Abu Sayyaf dan merupakan kepala nakhoda kapal tunda TB Charles yang dirompak oleh kelompok teroris Abu Sayyaf.
Ismail adalah ABK kedua yang berhasil lolos. Sembilan jam sebelumnya, Muhamad Sofyan, juga kabur dari pihak penyandera.
Warga Pulau Jolo menemukan Sofyan mengapung di perairan dalam kegelapan.
“Kami diberitahu bahwa dia berhasil kabur dengan berlari dan berenang ke laut,” kata Tan, sebagaimana dikutip media Filipina, ABS CBN.
Penyanderaan kapal tunda
Penyanderaan terhadap tujuh awak kapal tunda TB Charles mengemuka pada 21 Juni setelah kelompok penyandera menghubungi Dian Megawati.
Dari komunikasi ini diketahui Ismail dan enam awak lainnya ditangkap kelompok anggota Abu Sayyaf.
Penyandera dilaporkan meminta tebusan sebesar 20 juta ringgit atau sekitar Rp60 miliar, jika tidak maka penyandera akan memenggal kepala para awak kapal.