Pemerintah Turki ‘marah’ atas dokumen pemerintah Jerman yang bocor yang menunjukkan Turki menjadi platform bagi kelompok Islam militan.
Pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri itu mencerminkan ‘pemutar-balikan fakta’, kata pejabat Turki.
Pemerintah Jerman secepatnya ‘menjaga jarak’ dari dokumen itu dan menekankan Turki terlibat dalam perjuangan melawan Islam militan.
Hubungan bilateral kedua negara itu sudah ‘tercoreng’ karena beberapa peristiwa:
- Turki dibuat marah oleh kritikan Jerman atas respon pemerintah Ankara atas percobaan kudeta yang gagal.
- Turki bereaksi dengan ancaman untuk menggagalkan perjanjian tentang migran dengan Uni Eropa.
- Pada Juni, parlemen Jerman menetapkan bahwa pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh Dinasti Usmaniyah selama Perang Dunia I tergolong ‘genosida’.
- Presiden Recep Tayyip Erdogan mengajukan keberatan atas sebuah acara satirikal TV Jerman.
Berdasarkan lembaga penyiaran berita ARD, tulis dokumen, “Sejumlah pernyataan partai yang berkuasa, AKP, dan presiden Erdogan tentang solidaritas dan aksi dukungan untuk Ikhwanul Muslimin Mesir, Hamas, dan kelompok oposisi Islam bersenjata di Suriah, menegaskan keterikatan ideologi Turki dengan Ikhwanul Muslimin.”
Uni Eropa dan Amerika Serikat memandang Hamas -yang menguasai Gaza- sebagai organisasi teroris.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman, Johannes Dimroth, mengatakan laporan rahasia tersebut ditandatangani oleh wakil menteri namun Mendagri Thomas de Maizere, dan Kemenlu tidak terlibat.
“Dalam pekerjaan apa pun, bisa saja terjadi kekeliruan,” ujar Dimroth, seperti dikutip kantor berita Reuters.