Matarakyatnews.com – Pelaku industri animasi mengakui pengembangan industri animasi lokal, tidaklah mudah. Hasil karya industri animasi lokal sering dipandang sebelah mata.
“(Kami) sering tidak dipercaya, baik dari kualitas cerita dan gambarnya,” kata pimpinan creative MD Animation, Freddy Nindan di sela-sela acara “Peluncuran Baros International Animation Festival (BIAF) 2015” di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin 22 Juni 2015.
Freddy mengatakan, pemerintah juga kurang mendukung pertumbuhan industri ini. Baru selama beberapa tahun ini, kata dia, industri animasi lokal mulai dilirik oleh banyak pihak.
Pemerintah, misalnya, menyelenggarakan pameran bagi industri animasi, seperti BIAF. Kemudian, stasiun televisi sudah ada yang mulai menayangkan film-film animasi lokal, seperti Adit & Sopo Jarwo, dan Keluarga Somat.
“Baru 1,5 tahun ini animasi lokal dihargai,” kata dia.
Di samping fim animasi, Freddy mengatakan, pihaknya juga menggarap animasi di beberapa film seperti Supernova, Pendekar Tongkat Emas, dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijk. Selain itu, mereka juga menggarap animasi pada iklan makanan ringan.
“Kami juga menggarap animasi di iklan Coca-Cola dan Taro,” kata dia.
Padahal berdasarkan nilai pendapatan, industri animasi nasional sangat menjanjikan. Sekadar informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor subsektor film, video, fotografi dan animasi pada 2010 masih kecil, yaitu Rp595 miliar. Pada tahun 2013, nilainya meningkat menjadi Rp639 miliar. (jn/v)