Kehamilan merupakan hasil “kerjasama” laki-laki dan perempuan.
Itu sebabnya, ketika terjadi ketidaksuburan maka faktor pria memiliki peran yang sama besar.
Pasangan dianggap infertil atau tidak subur ketika tidak juga terjadi kehamilan meski sudah berhubungan seksual secara teratur tanpa memakai kontrasepsi dalam periode satu tahun.
“Diperkirakan 25 persen pasangan dari populasi tidak subur, dan 50 persennya karena faktor suami,” kata dr.Sigit Solichin, spesialis urologi dari RS Bunda Jakarta, dalam media edukasi di Jakarta (12/8/16).
Sigit menjelaskan, ada banyak faktor yang menyebabkan ketidaksuburan pada pria. Mulai dari infeksi saluran kemih, biji kemaluan tidak turun ke kantung buah zakar, gangguan hormonal, varikokel, sulit ereksi, sumbatan pada saluran keluarnya sperma, tidak terbentuk sperma, hingga gangguan antibodi.
“Varikokel atau pelebaran pembuluh darah vena di testikel menyumbang 15 persen ketidaksuburan pada pria. Varikokel juga menyebabkan kualitas, bentuk, dan kemampuan berenangsperma menurun,” ujar Sigit.
Kondisi tersebut masih bisa diterapi dengan operasi dan sekitar 70 persennya bisa memperbaiki kualitas sperma.
“Penelitian juga menunjukkan operasi bisa memperbaiki fragmentasi DNA sperma yang penting untuk terjadinya kehamilan,” katanya.
Walau pria juga menyumbang faktor yang sama besar terhadap ketidaksuburan, namun menurut Sigit masih banyak orang yang menganggap sulit hamil merupakan salah istri.
Pemeriksaan
Untuk memastikan penyebab infertilitas perlu dilakukan pemeriksaan kepada suami dan istri.
Selain melacak riwayat kesehatan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik organ genital untuk mengetahui riwayat cidera, dan analisis sperma pada pria.
“Analisis sperma akan dilakukan dua kali, tujuannya untuk melihat mutu sperma,” katanya.
Saat ini terdapat tes khusus analisa sperma untuk mengetahui apakah gerakan sperma cukup kuat, seberapa bagus spermabertahan setelah ejakulasi, seberapa kuat mampu melakukan penetrasi pada sel telur, dan apakah ada gangguan pada penetrasi ini.
Untuk kecurigaan pada masalah prostat atau penyumbatan saluran sperma didiagnosis dengan USG transrektal oleh dokter urologi.
Terapi infertilitas pada pria dilakukan sesuai penyebabnya. Untuk kasus varikokel, pembedahan bisa menjadi pilihan.
Sementara itu pada kasus sumbatan saluran sperma atau bahkan cairan semen suami tidak bisa menghasilkan sperma, bisa dilakukan pengambilan sel sperma langsung dari testis untuk disuntikkan langsung ke sel telur sehingga diharapkan terjadi kehamilan.
Untuk kasus infeksi tentu infeksinya harus disembuhkan. Gangguan seksual diatasi dengan obat-obatan atau konseling.
Pada dasarnya teknologi kedokteran saat ini sudah mampu menangani infertilitas pada pria, namun pencegahan tetap yang terbaik.
Misalnya saja membatasi makanan berlemak, rokok, minuman beralkohol, stres, dan radiasi pada organ genital.
Jangan juga menunda waktu terlalu lama untuk memeriksakan diri ke dokter jika upaya untuk mendapatkan kehamilan tidak berhasil setelah satu tahun.
Apalagi, usia kesuburan wanita terus menurun seiring pertambahan usia.