Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lingga Ignatius Lutti mengakui minimnya sarana prasarana penunjang pelayananan kesehatan bagi masyarakat Lingga. Salah satunya kondisi ambulance yang sudah rongsok di Rumah Sakit Umum Lapangan (RSUL) Daik. Hal ini menjadi salah satu contoh belum memadainya fasilitas kesehatan diwilayah paling Selatan Provinsi Kepri ini.
Lutti mengatakan minimnya anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Lingga menjadi salah kendala dan penyebab sulitnya daerah menyediakan fasilitas yang memadai untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Bahkan untuk membeli ambulance, dikatakan Lutti, Pemerintah Kabupaten Lingga tak memiliki dana.
“Duitnya tak ada, kita tak berdaya. Masalahnya, kabupaten kita defisit lagi,” ungkap Lutti, Minggu (25/9) kepada koran Batam Pos.
Terkait dua unit ambulance di RSUL yang kondisinya semakin parah, sehingga tidak layak dan tidak nyaman lagi untuk melayani orang sakit Lutti mengakui hal tersebut. “Kita semua tahu kalau ambulance yang ada sudah tidak layak. Kita berharap bantuan dari pemerintah pusat,” sambungnya.
Secara teknis dan teori, pengaggaran untuk masalah kesehatan, kata Lutti, memang telah diatur 10 persen dari total APBD. Namun pada kenyataannya di Kabupaten Lingga, hal tersebut tidak berjalan. “Teknisnya memang seperti itu. Kalau dapat 10 persen, dinas-dinas lain yang malah tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada anggaran. Daerah kita defisit,” tuturnya.
Namun begitu, kata Lutti, pihanya telah mendapat lampu hijau yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Dinkes Lingga, katanya, akan mendapat bantuan dua unit ambulance. “Tahun ini kita dapat dua unit ambulance dari DAK. Rencananya akan kita tempatkan untuk wilayah Sungai Pinang, Kecamatan Lingga Timur dan Pancur, Kecamatan Lingga Utara. Untuk RSUL, satu unit lagi akan kita usahakan juga bantuan dari pusat,” tambanya.
Ia berharap dari dana cukai rokok, selain melaksanakan sosialisasi bahaya rokok kepada masyarakat nanti akan dapat digunakan menambah transportasi angkut orang sakit. “Kita akan menggelar sosialisasi dari dana cukai rokok. Selebihnya, untuk menutupi kekurangan ambulance di RSUL. Mudah-mudahan akhir tahun ini sudah dapat kita beli,” tutupnya.
Ditaksir, untuk satu unit ambulance dinkes akan menggunakan anggaran senilai Rp 200 juta. Ia berharap, minimnya fasilitas dan anggaran yang menyebabkan pelayanan kesehatan masyarakat Lingga menjadi pandangan serius pemerintah pusat. Meski begitu, Lutti mengatakan tiga unit tambahan ambulance belum mencukupi untuk mengakomodir seluruhnya fasilitas serta pelayanan kesehatan di Bunda Tanah Melayu.